virqinf. Diberdayakan oleh Blogger.

kisah kita, COCOTE

>> Kamis, 24 Juni 2010





inilah lembar lembar kisah kita
segaris tawa
sebukit tangis
sejuta rasa
dan seribu kisah kasih

inilah lembar lembar kisah kita
membentuk buku memori
masa masa yang indah
penuh tawa dan canda ceria

dua hari ini begitu berarti
sebagai ujung 1 tahun yang kita telah lewati
dan malam itu hanya kalian dan aku
mengenang semua kenangan yang pernah ada

inilah lembar lembar kisah kita
warna warni pensil warna
penuhi lembarku yang putih

sedih
sangat tidak ingin berpisah
dan degup jantungku bertanya :
akankah aku temui kebahagiaan seperti ini nanti ?

sahabat yang mendorong ketika aku berhenti
sahabat yang menarik ketika aku lelah
sahabat yang ada dalam sukaku dan dukaku

kalian senyumku
sembuhku atas sakitku
cerahku dalam mendungku
warnaku untuk polosku

dan demi Yang Maha Pengasih dan Penyayang
aku sayang kalian

COCOTE

Read more...

Untuk Seorang Pengumpat

>> Minggu, 20 Juni 2010

Entah mengapa Dinda selalu merasa iri jika melihat keceriaan temannya ketika bercerita tentang keluarga mereka. Betapa hangat dan akrabnya. Kehangatan yang jarang, bahkan tidak pernah ia rasakan. Kenyataan bahwa ayahnya adalah seorang pemabuk sudah menjadi rahasia umum di kompleks tempat tinggalnya. Dia, ibu, dan adiknya hanya bisa pasrah dean berdoa agar ayahnya segera sadar. Tapi rasanya semua itu sia sia karena semakin hari kelakuan Ayah Dinda semakin menjadi. Ingin rasanya Dinda lari dari rumah. Dia sudah tidak tahan dengan suasana di rumahnya. Ketenangan di rumahnya selalu lenyap jika ayahnya datang dalam keadaan mabuk, marah-marah, lalu ujung ujungnya memukuli bundanya. Pernah terbersit di pikiran Dinda seaindainya saja ia tidak punya ayah, seandainya saja ayahnya mati. Jika pikiran gila itu mulai hadir dibenaknya, maka Dinda hanya bisa cepat cepat beristighfar. Sebenci apapun ia dengan ayahnya, orang itu tetaplah ayah kandungnya.

Serupa Sampah
menyusut hatiku untukmu
mengkerut hormatku padamu
dingin
dan kamu serupa hama
sampah
bahkan aku benci baumu
suaramu polusi hati
siapa kamu
tak ada dalam pikirku memanggilmu :
ayah


-o-

Malam Senin, Dinda sedang belajar untuk UAS esok hari. Dia mendengar suara ribut dari kamar orangtuanya. Dinda menghela napas. Huh, lagi lagi hal itu terjadi di rumahnya. Konsentrasinya buyar seketika. Pandangannya kosong tertuju pada sebuah foto dalam pigura cantik di meja belajarnya. Foto yamng diambl beberapa tahun silam, sebelum dia memiliki seorang adik. Dulu sewaktu ia masih menjadi anak tunggal, kehidupan keluarganya belum sekacau sekarang. Walaupun waktu itu ayahnya telah menjadi seorang pemabuk, tapi tidak separah saat ini. Dulu ayahnya jarang berkata kotor di depan Dinda . Tapi sekarang semuanya berubah seratus delapan puluh derajat. Ayahnya hampir setiap hari pulang dalam keadaan maabuk dan sering sekali memukuli bundanya. Dinda, bunda, bahkan adiknya menjadi sasaran empuk kata kata kasar ayahnya tiap kali marah.

Umpatan
sudah muak aku merasai
kebencian memuncak dari hari ke hari
dan kamu masih tetap serupa sampah
hina
seperti umpatan yang kamu cecarkan
ialah cerminan dari dirimu sendiri
tangan iblis dan mulut setan itu
telah bersiap malaikat mengganjarnya
di alam yang pasi kita lalui
pembalasan untukmu
atas derita kami

Lamunan Dinda buyar ketika didengarnya isak tangis dari kamar orangtuanya. Bundanya menangis. Dinda memberanikan diri untuk keluar dan menghampiri bundanya. Dipandanginya sekelililng kamar. Ayahnya telah pergi rupanya.
“Ada apa lagi, Bunda?” tanya Dinda mendekat dan mengusap airmata Bundanya.
Menggeleng dan menghela napas, hanya itu yang dilakukan Bundanya, selalu begitu tiap kali Dinda tanyakan apa yang terjadi.
“Bohong kalau tidak ada apa apa, lalu mengapa Bunda menangis?”
“Tidak apa apa ,Nak”, ujar Bundanya sembari mengelus pucuk kepala Dinda.
“Nak, Bunda boleh bicara sesuatu?”
Belum sempat Dinda menjawab, Bundanya sudah melanjutkan,
“Ayahmu minta cerai, nak. Dia mau menikah lagi”
Jujur sebenarnya Dinda tidak kaget mendengar berita itu. “Lalu bunda bilang apa?”, tanyanya.
“Bunda bilang kalau itu memang sudah keputusan ayah dan ayah akan merasa bahagia jika bunda mengnijinkan, maka bunda pun akan berbahagia dengan keputusan itu”.
“Jadi bunda perbolehkan?”, Dinda heran.
“Ya, Nak:.

Hapus Dia
Tak perlu tangismu untuknya, Bunda
Dia yang bahkan tak sudi kuingt wajahnya
Dia yang mulutku enggan berkata : Ayah
Hapus airmatamu , Bunda
Biar dia berTuhankan kesesatan
Biar dia berkiblatkan tempat pelacuran
Bukan salahmu , Bunda
Dia hanya pecundang
Kami pun tidak butuh dia
Kami, aku dan adikku,
seluruh hidup kami
untukmu, Bunda


---o---

Lima bulan berlalu sejak perceraian ayah dan bundanya, sejak saat itu pula mereka pindah dan tinggal di rumah nenek Dinda. Kehidupanyya menjadi lebih tenang sekarang, ternyata memang benar keputusan Bundanya untuk melepas sang ayah.
Begitu kagum Dinda akan sosok bundanya, wanita mungil yang setia dan tidak menuntut apa apa. Pernah suatu ketika Dinda bertanya apa yang membuat Bundanya bertahan menghadapi ayahnya. Sambil tersenyum sang bunda menjawab,” Cinta, Nak. Cinta yang menguatkan Bunda. Cinta yang membuat Bunda bahagia apapun keadaannya Ayah, cinta 7yang menerbitkan senyum dan ketegaran Bunda. Bunda bahagia bila Ayahmu bahagia , Nak. Dan walaupun dia tidak berbahagia untuk Bunda.”
“Cinta tidak perlu dikatakan, cukup hanya dibuktikan”

Nyanyian Bulan
kupandangi surgaku di telapakmu
kucium bau suksesku di nafasmu
aku hanyab serupa debu
jika tak kau rawat aku
tak ada padaku kebahagiaan
jika sayu matamu
dan bulan bernyanyi lrih
menyuarakan kasihmu
sedang aku di sini bersenandung
memuji sosokmu
Bunda

Read more...

Sepucuk surat dari seorang Ayah

>> Sabtu, 19 Juni 2010

Aku tuliskan surat ini atas nama rindu yang besarnya hanya Allah yang tahu. Sebelum kulanjutkan, bacalah surat ini sebagai surat seorang ayah kepada anaknya.

Nak, menjadi ayah itu indah dan mulia. Besar kecemasanku menanti kelahiranmu dulu belum hilang hingga saat ini. Kecemasan yang indah karena ia didasari sebuah cinta. Sebuah cinta yang telah dirasakan bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun kutemui.
Nak, menjadi ayah itu mulia. Bacalah sejarah Nabi Nabi dan rasul dan temukanlah betapa nasehat terbaik itu dicatat dari dialog seorang ayah kepada anaknya.
Meskipun demikian, ketahuilah Nak, menjadi ayah itu berat dan sulit. Tapi kuakui, sepanjang masa keberadaanmu adalah salah satu masa terindah dan paling aku banggakan bahkan di hadapan Tuhan , ketika aku duduk berduaan menghdapNya, hingga saat usia senja ini.

Seiring berjalannya waktu, kusadari bahwa engkau bukan milikku atau milik ibumu, Nak. Engkau lahir bukan karena cintaku dan cinta ibumu. Engkau milik Tuhan. Tak ada hakku menuntut pengabdian darimu. Karena pengabdianmu semata mata seharusnya hanya untuk Tuhan.
Sejak saat itu , Nak, satu satunya usahaku adalah mendekatkan engkau dengan pemilikmu yang sebenarnya. Tugasku bukan membuatmu dikagumi orang lain, tapi agar engkau dikagumi dan dicintai Tuhan.
Kemudian kitapun memulai perjalanan itu berdua, tak pernah engkau kuhindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam. Aku cuma menggenggam jemariku dan merapatkan jiwa kita satu sama lain. Agar dapat kau rasakan perjalanan ruhaniah yang sebenarnya. Saat engkau mengeluh letih berjalan, kukuatkan engkau karena kita memang tak boleh berhenti. Perjalanan mengenal Tuhan tak kenal letih dan berhenti,Nak.
Berhenti berarti mati.Inilah kataku ketika memeluk dan menghapus air matamu, saat kau hampir putus asa.

Akhirnya, Nak.
kalau nanti, ketika semua manusia dikumpulkan di hadapan Tuhan, dan kudapati jarakku amat jauh dariNya, aku akan ikhlas. Karena seperti itulah aku didunia.
Tapi, kalau boleh aku berharap, aku ingin saat itu melihatmu dekat dengan Tuhan.
Aku akan bangga , Nak.,karena itulah bukti bahwa semua titipan bisa kita kembalikan kepada pemiliknya.

-dari ayah yang senantiasa merindukanmu-

Read more...

yeay..hari ini asik




mau numpang nyampah ah.
haha.

mengawali hari dengan deg deg an nggak karuan..
nilaiku nilaiku o.o
kesekolah lebih awal (sengaja ibuk aku suruh berangkat siang,abisnya absen 36 kan antrinya lamaaaa)
nemenin icha di depan BK, sambil cerita cerita.
pas ibuk udah masuk di ruang mat 4 ,jadi tambah geje..mondar mandir BK-MAT4-BK-MAT4
hehe..sampe mules saking groginya..
tapi alhamdulillah nilaiku lumayaaaan..nggak nyangka banget..haha..thank you so much , God.
aku yakin usahaku terbayarkan dengan indah rencanaMu.
satu lagi...liat pandawa hahaha..
senyumnya tooooo...hihihi.,

abis itu mau pulang tapi nggak boleh sama icha , "cah umbul, balikan"..gitu katanya.
yaudah deh gajadi pulang..eh malah ke paragon ber 7..aku,icha,ay,luluk,fitria,nanda,noval.
jalan kaki..haha (mentel kalo ke paragon naik motor)
pas di depan smala tiba tiba terbersit pikiran buat nyebrang di jembatan penyebrangan, karena pada belum pernah jadi semua sepakat.
nggak langsung nyebrang, tapi foto foto dulu di jembatan, dari yang narsis sampe yang sok candid..sakjane isiiin ndaa.,tapi biarin ah..malu bareng bareng ok..
sempet teriak teriak manggil bhre dari atas jembatan..hehe.

sampe di paragon,
muter lantai 2,.muter lantai 3, cari yang jual tong jie nggak ketemu ketemu, frustasi , malah masuk ke matahari..hahaha.
foto di kaca eskalator.,muter lagi..capek.,dan berencana mau ke DP aja.
eh tapi nyoba nyoba mampir ke lantai bawah tanah..ternyata tu tong jie ada disitu.,yaudah deh kita beli terus balik ke sekolah.

mereka pada berencana ke 'tempat' mereka..hehe (gamau nyebut merek)
pertamanya agak takut juga.,soalnya kan aku bukan termasuk dalam organisasi itu..
tapi katanya 'halah nggak papa, jadi penyusup aja'
hehe..akhirnya masuk juga..
di dalem pada mau maen umbul, tapi akhirnya malah luluk main minuman..,icha heboh maen mario,
ujung ujungnya malah pada nyetel musik.,mulai dari rege,dragonforce,shakira, sampe lagu menye menye.

haha..
hari ini seneng banget.
jadi pengen buktiin ke seseorang, aku main sama temen temennya bukan gara gara mau cari perhatian ke 'dia'.
aku udah kenal sama mereka dari dulu , dan tanpa ada 'dia' pun aku tetep bisa hepi kok maen bareng sama mereka..
tolong dong jangan judge aku sebagai penguntit..
aku nggak pernah dan nggak akan pernah nglakuin hal itu.

:D

Read more...

rasanya hambar

>> Jumat, 18 Juni 2010

Allah
terimakasih untuk hari ini
setelah kemarin sempet demam 39 derajat celcius , hari ini sudah turun drastis :)
walaupun masih lemes banget, tapi alhamdulillah masih bisa sekolah (ngeyel dulu sih sama ibuk)
hari ini tiba tiba pengen dikuncir..hehe
dikelas pada heboh 'tumben dikuncir'.,
aaa love you so much COCOTE.

lalu,
terimakasih juga sudah diberi kesempatan untuk tahu 'hal itu'
tapi demi nama Mu yang Agung, aku kecewa.
perasaanku , yang bahkan itu adalah kuasaMu, telah tanpa sengaja menyakiti perasaan org lain.
bukan itu mauku , sungguh.

setelah baca semuanya
mood ku langsung turun drastis
hawanya lemes, kosong , hambar banget.
di ajak ngomong jadi koneknya lama.
tapi bukan salah tulisan itu, bukan salah penulisnya, juga bukan salahku yang membacanya.
semua ini rencanaMu.
yasudah aku terima,

terimakasih
hari ini masih bisa melihat senyum pandawa
masih tetap sama, polos.

dan berjuta juta terimakasih tidak akan cukup untuk pertolonganMu hingga aku tidak jadi tertabrak, gara gara lamunan tentang 'hal itu'

Yang Maha Pengasih dan Penyayang
lindungi kedua orang tuaku,adikku,aku,keluargaku,teman temanku,guru guruku,pandawa.
hiasi wajah dan hati kami dengan senyuman
dan biarkan aku jaga dia -pandawa- di doa doa ku.

terimakasih
:)

Read more...

terimakasih untuk hujan hari ini

>> Kamis, 17 Juni 2010

fabiayyi aalaa irabbikumaa tukadzibaan.
(maka nikmat Tuhan mu yang manakah yang engkau dustakan?)

terimakasih untuk segala yang Kau beri hari ini.
untuk kehidupan hingga aku masih bisa membuka mata pagi ini.
untuk nasi goreng dan susu hangat dengan bumbu kasih sayang seorang ibu. (hehe..agak lebay)
untuk keselamatan sampai disekolah.
untuk kelas XI IPA 3 yang sangat aku sayangi.
untuk teman teman dan adik adik GPBS yang aku kasihi.
untuk candaan teman teman yang selalu bisa menghapus segala macam perasaan sedih.
untuk kamera SLRnya nabila.
untuk kemenangan basket dan softball (semoga bsk juga menang lagi)
terimakasih untuk kesempatan melihat senyum pandawa hari ini , keinginan yang sudah terpenuhi (dengan trik dari teman teman tentunya )
maka apa yang tidak membuatku bersyukur.
ketika Kau beri sakit hari ini pun aku tetap bersyukur.,karena aku bisa lebih disayang ibuku.
ketika Kau beri sedih pun aku bersyukur, banyak teman yang menghiburku.

Sesungguhnya Allah Maha Pengasih dan Penyayang
dan aku rasakan kasih sayang Mu.
lewat belaian tangan ibuku.
kecupan lembut ayahku.
kejailan adik ku.
kelucuan keponakan keponakanku
kepolosan, kesolidaritasan, dan kasih sayang teman temanku.
senyum dan wajah hangat pandawa (bisa berteman saja aku sudah sangat senang,terimakasih)
kata kata bijak guruku.
motivasi dan semangat dari senior dan alumniku.

Sesungguhnya Allah menyayangi hambaNya yang sabar dan ikhlas.
hari ini dan berhari hari yang lalu aku telah belajar sabar dan ikhlas
sabar untuk 'pasien' yang kadang susah diobati.
sabar untuk kata kata yang kadang menyakiti hati.
dengan sabar ,maka aku menjadi ikhlas.
ikhlas menerima bahwa aku tidak sempurna.
ikhlas tentang perasaanku pada pandawa.
ikhlas tentang hal hal keduniaan.

sekali lagi terimakasih Tuhan Yang Maha Kuasa.
terimakasih untuk hujan hari ini. (dan bonus fotonya)

:D

Read more...

Imajinasi Liar

>> Selasa, 15 Juni 2010

membayangkan apa yang akan aku ucapkan 10 th kedepan.
ketika reuni alste.
apakah "haloo pandawa,apa kabar"
atau "hei,kerja dimana sekarang?itu istrimu ya?wah cantiknya"
dan jika beruntung mungkin "ayah,inget nggak dulu kita sering duduk dikursi itu" (ngarep banget !)

membayangkan pikiran yang terlintas ketika tanpa sengaja melewati bumi ganesha "dulu aku sering liat pandawa mondar mandir sibuk, panas panasan main basket, ketawa sama teman temannya dan sejenak melupakan bebannya,."
bergumam "ditempat itu dulu aku rasakan manis pahit cinta dan persahabatan"
tersenyum tipis..dan berlalu.

sesak.
jika membayangkan semuanya.
dan lebih sesak lagi jika merasa sesak ketika membayangkannya.

nikmati saja sekarang
selama semua belum menjadi sekedar kenangan.
pun kalau terlanjur,.tersenyum saja.

tahun ini,detik ini,.
tak ada ruang khusus di hatimu untukku, pandawa.
disitu aku ,berselonjor di sudut ruang hatimu..
beristirahat sejenak karena lelah mengetuk pintu.
tapi tak ada niat aku hendak pergi.
dan akan terus mencoba mengetukmu lagi.
mungkin kamu sedang tertidur , pandawa.
maka tidak ada kau dengar ketukanku.

reuni alste 10th lagi.
aku harap "aku tahu dulu kamu suka sama aku,tapi aku uji kesabaran dan ketulusanmu dlu.Dan terbukti.,aku terbangun oleh ketukanmu sayang"
itu ucapmu.

Read more...

Ingin Kuukir Kenangan Sebelum Kami Berbeda Kota

>> Selasa, 08 Juni 2010

untuk seorang Lavinia Disa W A


seorang kakak dan sahabat yang baik hati.
kutemui dia dalam organisasi yang sudah kuputuskan untuk aku geluti.
kesan pertama : "mbak nya baik..cantik lagi."
kami belum terlalu dekat saat itu.
pandangan terhadapnya pun sedikit berubah jika dia sedang melaksanakan tugasnya.
sedikit seram.

hingga pada suatu event,kurasai kami mulai dekat.,mungkin itu perasaan satu pihak.
begitu nyaman membagi cerita , tawa , tangis , dan malu dihadapannya.
dan seperti biasa , akan keluar sekalimat kalimat bijak tulus dari pita merdu suaranya

seperti malam itu.
kubagi kegundahan padanya,bahkan mungkin saat itu dia pun sedang merasai hal yang sama.
tapi dia, dengan ketegarannya , mencoba membuat gundahku yang coklat menjadi manis.

katanya,
"apa yang kamu pikirkan sayang?.masalah apa yang mengkotakkan pikiranmu?.janganlah segala urusan dan masalah dunia membebanimu"
"biarkan pikiran pikiran tentang Tuhan yang menuntun dan menentramkan hatimu"
"sholat hajat dulu,baru belajar lagi"
si cantik itu selalu berhasil melecut semangatku lagi.

dalam hitungan minggu, si cantik akan meninggalkan kotaku untuk mengejar suksesnya di kota lain.

sedih..ya..
pada siapa lagi aku bisa membagi rasaku.
ingin aku mengekor jejaknya.
kuteladani ketegarannya.
kususuri kemandiriannya.
kukagumi ketaatannya.


tentu saja semua ini tidak berlebihan,.
begitulah kenyataan..
dan doaku untuk setiap langkah nya..

Read more...

Bahasa Hujan


Sore itu, Kira menatap bulir-bulir air yang menetes di jendela. Seperti biasa. Ia sangat menyukai hujan dan bau basah yang ditimbulkannya. Rintik hujan selalu memberikan nuansa tersendiri baginya, sebuah orkestra alam yang sempurna. Kesejukan yang ia temukan dalam hujan sama seperti kesejukan yang ia tangkap dalam pancaran mata Faris.
Hampir enam bulan ia mengenal Faris. Atau lebih tepatnya sekadar tahu. Kira pertama kali melihatnya berdiri di barisan upacara saat peringatan hari ulang tahun sekolahnya berlangsung dan sejak itu mereka sering berpapasan. Tapi sekali lagi, Kira hanya tahu tentang Faris dan mungkin tidak berlaku sebaliknya. Bahkan ia tak peduli apakah dirinya selama ini terlihat oleh Faris, sosok yang begitu ia kagumi.


Simfoni sunyi

Andai kau tahu
Di kamar kosong ini
Aku mengingatmu...

Terang cahaya tak seberapa kilaunya
Menyendiri dalam keterasingan
Menutup diri dari kebisingan

Andai kau tahu
Aku hanya berteman dengan musik
Malam ini
Bait-bait kususun rapi
Lirik-lirik kutulis untukmu

Andai kau dengar
Lagu yang kunyanyikan ini
Adalah tentang kisahku
Yang tak lelah menanti dirimu
Membuka hati untukku...

Semarang, 2 April 2008


Guntur bersahutan seakan membuyarkan lamunan Kira. Ia mendesah pelan. Ada kegundahan yang tersimpan dalam hatinya. Faris. Nyaris membuatnya gila.
Belum pernah sekalipun mereka bertegur sapa apalagi berbincang-bincang. Kira tidak bisa memastikan apakah sinyal-sinyal yang ia kirimkan sudah diterima oleh Faris atau belum. Ia sendiri tidak ingin memastikan. Biarlah semuanya tetap begini. Ia ingin mencintai Faris dalam diam. Memandanginya dari kejauhan sementara banyak gadis seusianya yang coba mendekat pada anak itu. Ia tahu seberapa kecil kemungkinan untuk dapat merengkuh hati Faris mengingat ia tidak lebih istimewa dibanding cewek-cewek yang lain.
Kira sering merasa bahwa Faris terlalu jauh untuk digapai tapi nyatanya sampai sekarang ia belum mampu menghentikan perasaan tersebut. Sudah lama rasa itu mengendap dan sulit sekali dimusnahkan. Baginya, mengejar Faris sama halnya dengan mengumpulkan tetes-tetes hujan. Bisa dilakukan tapi lama diselesaikan.
Ada satu keinginan yang ingin Kira wujudkan. Menyatakan apa yang selama ini memenuhi hatinya. Namun, segera ditepisnya keinginan tersebut. Ia sadar betul betapa sulit berbicara pada Faris. Selain tak ada kesempatan ia juga tak punya keberanian. Kira sebenarnya bukan anak pemalu hanya saja bibirnya selalu mengatup rapat ketika berhadapan dengan Faris. Huruf-huruf seakan hilang begitu saja dari ingatannya. Berulang kali hal itu terjadi membuat Kira urung melakukannya lagi.
Kira tersiksa oleh batinnya sendiri. Setengah tahun ia menahan dan hatinya hampir tidak kuasa membendung kata-kata yang ingin ia sampaikan. Sudahlah. Ia lelah bermonolog dengan dirinya sendiri. Mustahil. Mungkin selamanya Kira akan tetap begini. Memandangi Faris dari kejauhan dan mengulum senyum untuk dirinya sendiri. Selamanya.


semu
Haruskah aku mengubur perasaan ini?
Tatkala lilin yang kunyalakan
Berubah menjadi api...

Bukankah Mesir dan Nil telah mengajarkan
Bahwa setiap manusia memiliki jodohnya masing-masing

Tapi...
Aku hanyalah seorang iblis
yang menatap penuh harap
pada malaikat di atas sana
dia, yang memberiku serpihan cinta
yang meluluhlantakkan jiwaku
hingga kumenjadi derita

Untuk kesekian kali
Rintik hujan padamkan apiku
Dan kini diriku telah pupus

Kasih... aku kembali
Tanpa apa-apa
Tanpa siapa-siapa

Semarang, 1 Maret 2008

♣•

Sekolah mendadak sepi walaupun bel pulang baru saja berbunyi. Semua orang bergegas pulang agar tidak kehujanan. Mendung menutupi langit artinya sebentar lagi Tuhan akan menumpahkan berkah-Nya ke bumi. Sebentar lagi pepohonan akan mengucap syukur yang hanya bisa didengar oleh para malaikat.
Sementara itu Kira melangkah ke halaman. Ia memutuskan untuk menunggu hujan reda. Lagipula banyak angkutan umum yang melewati rute lain untuk menghindari jalanan di depan sekolahnya yang cepat tergenang banjir bila hari hujan. Ia duduk sendiri di kursi panjang di tepi lapangan. Dihirupnya bau hujan yang selalu ia rindukan.
Samar-samar dilihatnya seseorang di tengah lapangan dengan perawakan yang ia kenal. Itu Faris. Faris yang sedang berlari ke arahnya. Jantung Kira berdegup cepat saat laki-laki itu ikut berteduh di sampingnya.
Faris tersenyum.
“Belum pulang?” tanyanya. Kira menggeleng.
“Nunggu reda juga?” Kira mengangguk.
Dalam jarak sedekat ini Kira bisa mengatakan apapun pada Faris tanpa diganggu siapapun. Mereka hanya berdua, terjebak dalam hujan yang semakin deras. Namun, sama sekali tak ada nyali yang ia miliki. Suaranya lagi-lagi menghilang secara tiba-tiba.
“Namamu Kira kan?” tanya Faris. Sungguh Kira tidak menyangka namanya ternyata diketahui oleh Faris. Ia pun memberanikan diri untuk menjawab selain dengan anggukkan maupun gelengan kepala.
“Iya, kamu Faris kan?”
“Masa kamu nggak tahu, kita sering ketemu, kok.”
“Oh, ya?” Kira pura-pura tidak menyadari. Rasa gugup yang menyerang membuatnya tak mampu mengucapkan kalimat-kalimat panjang. Dan ia merasa semakin jauh. Dirinya tidak pantas untuk seorang Faris yang ramah, tegas, dan berjiwa pemimpin. Ia mungkin terlihat secara kasat mata tapi perasaannya tetap saja belum terbaca.


Amunisi

Di bawah gerimis
Air mataku luruh satu-satu
Ingin aku berkata
Aku sangat lelah...

Memburu sesuatu yang sesungguhnya semu
Mencari seseorang yang benar-benar
Ingin kutemui

Orang itu bernama kau

Sekian lama aku menanti
Dan... aku kehabisan amunisi
Tak ada lagi yang kugenggam
Selain cinta

Kini entah bagaimana caranya
Aku menjadikanmu sasaran tembak

Semarang, 3 April 2008


Percakapan itu terhenti oleh kilat dan guntur yang menyambar-nyambar. Kira menatap Faris dari pucuk bola matanya. Entah kenapa ia ingin sekali menyatakan perasaannya saat itu juga. Ia takut jika terpendam makin lama, ia akan jadi benar-benar gila. Dan inilah waktu yang disediakan Tuhan juga hujan padanya.
“Faris,” panggilnya. Faris menoleh pada Kira.
“Aku suka kamu.”
Kata-kata itu meluncur dengan lancar persis ketika halilintar menggelegar.
“Ada apa Kira? Aku tidak mendengarmu dengan jelas,” jawab Faris.
Kira malah senang mengetahui hal itu. Ia tidak perlu takut mengatakan apa saja sepanjang suara hujan dan halilintar menguasai pendengaran mereka.
“Aku suka senyummu, tawamu, sedihmu, rona wajahmu, dan semua yang ada pada dirimu. Selama ini aku hanya memandangmu dari jauh dan aku sudah sangat bersyukur bisa melakukannya setiap waktu. Aku tidak perlu memilikimu sebab cukup dengan begitu rasa cintaku akan terus merekah untukmu.”
Faris mengerjapkan mata tanda belum paham apa yang barusan dikatakan oleh Kira padanya. Sementara itu perlahan hujan mereda dan Kira bersiap untuk pulang, tak peduli pada Faris yang masih terlihat kebingungan. Ia jelas tidak perlu mengulang pengakuannya tadi. Yang penting hatinya kini jauh lebih lega. Biar hujan yang menerjemahkan bahasa hatinya. Kira yakin suatu saat Faris akan mendengar semua yang ia sampaikan.
Semenjak itu, Kira makin menyukai hujan sebab rintik hujan akan senantiasa mengingatkan dirinya pada seseorang yang takkan membuatnya alpa.
Faris.
Dan senyumnya.


Hujani Aku

Hujani aku dengan puisi
Agar mampu kuterjemahkan bahasa hati
Hujani aku dengan sajak berlagu
Agar ku mampu menafsirkan rindumu

Semarang, 9 Februari 2010






Semarang, 18 Februari 2010
oleh Lavinia Disa terinspirasi dari pengalaman ku..^^

Read more...

prakata blog baru

>> Senin, 07 Juni 2010

yeay..akhirnya bikin blog juga.
awalnya memang ikut ikutan.,tapi sebenernya sudah ada niat dari duluuuu..
butuh wadah untuk menyalurkan curcol curcolan, notes , dan lain lain.

sangat sangat sangat bermanfaat untuk yang menyalurkan hobi menulis :D
karena masih latihan.,jadi harap maklum kalau tulisan tulisannya acak..

okee lah.

SELAMAT DATANG di "my_cosmos"

(sok ada yang baca)
hahaha

Read more...

hai hujan,





hai hujan,
bisakah kau menjaga rahasia?
rahasiaku,rahasianya,rahasia kami semua yang terkuak mentah di hadapanmu.

hai hujan,
bisakah kau menilai sebuah rahasia?
apakah salah atau benar,apakah luar biasa atau biasa saja

hai hujan,
bolehkah ini menjadi rahasia?
hanya antara aku , dia , kau ,dan tentunya Tuhan ku.

hai hujan,
dapatkah kau selesaikan rinduku?
bisikkan padanya disana yang juga sedang memandangmu.

hai hujan,
tentu kau bisa menghanyutkan sesuatu,
tapi bisakah kau hanyutkan sedihku,dukaku,galauku,resahku,dan lukaku.

hai hujan,
kau mengalir.
mungkinkanlah kau alirkan energi positive mu untukku,untuk kami.

hai hujan,
coba beritahu aku
sedang apakah dia ,aku ingin tahu.

hai hujan,
aku suka kehadiranmu...
semerbak harumkan sepiku..

Read more...

karena aku warga negara Indonesia

dia..

yang sedang ditempa

telah siap menjadi abdi negara

dia..

yang sedang digembleng

hampir siap dijadikan tameng

dia.,

yang dengan rela jauh dari keluarga

yang tanpa putus asa selalu berusaha

itu semua demi cita citanya

menjadi yang berguna bagi nusa bangsa

untuk itulah dia ada di kawah candradimuka
berani melepuh untuk menjadi pribadi tangguh
aku harap,

semangat itu tidak akan pernah mati
yang dipupuk dari hari ke hari

menemani niat untuk mengabdi

dia..

tiupkan sepucuk asa

bagi bangsa tercinta

dia..

tidak butuh harta

tidak butuh tahta

tapi dia,.butuh seorang wanita

yang mampu bersuara

dan menghiburnya jika sedang berduka

dia..

calon perwira yang luhur hatinya

dia memberi tanpa pernah meminta

pernah kutanya,mengapa?

dia hanya tersenyum dan berkata

"karena aku warga negara Indonesia"


Read more...

pandawa, namanya




Pemuda itu bernama Pandawa

memang parasnya tak setampan Arjuna

memang kekuatannya tak sebesar Bima

memang tak sejujur Yudhistira

dan sungguh tak seberuntung Nakula Sadewa

tapi dia bernama Pandawa

berkharisma wajahnya,walau tak setampan Arjuna

memimpin dengan teguh bagaikan Bima,walau tak sekuat Bima

luhur budinya mengacu pada Yudhistira,walau tak bisa melampaui kejujuram Yudhistira

dan sungguh selalu besyukur walau tak seberuntung Nakula Sadewa

Pandawa...

dia melesatkan panah Arjuna

dia mengayunkan gada Bima

dan dia mengalirkan darah suci Yudhistira

sehingga Pandawa.,

membuatku merasa seberuntung Nakula Sadewa. :D

Read more...

pertanyaan ?




kenapa kamu tidak berani


sedang aku mencoba untuk berani

kenapa kamu memilih mengakhiri

sedang kamu lah yang memulai

memang bukan salahmu

dan tentu bukan salahku

waktulah yang memegang kendali

menari nari di atas bimbangnya hati

bolehkah aku memanggilmu pengecut?

ingin sekali aku memanggilmu penakut..

cukup..

aku lelah menantimu dalam bisu

dan


aku tidak akan bertanya lagi..


-postingan pertama-

Read more...

  © Blogger template Werd by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP