virqinf. Diberdayakan oleh Blogger.

should i confess? ~2

>> Rabu, 03 Agustus 2011

Park Jongshu berjalan tergesa menuju kelasnya, hari ini dia terlambat bangun setelah begadang semalaman untuk menyelesaikan sebuah maket.

Bruk

Jongshu menabrak seseorang ketika akan berbelok ke lorong kelasnya.
"mian..aku tidak sengaja", seorang yeoja yang menabraknya tadi meminta maaf.

" Ne..bukan salahmu", Jongshu membereskan kertas-kertasnya yang berserakan. Matanya tertumbuk pada setangkai bunga chrysant kering tidak jauh dari kakinya.
Dipungutnya bunga itu. Seakan teringat sesuatu, ia tersentak mendongakkan kepalanya menatap yeoja yang mulai berjalan menjauhinya.

" apakah ini punyamu, nona?" tanya Jongshu menghampiri yeoja berambut ikal sebahu yang tadi menabraknya.

Yeoja itu membalikkan tubuhnya karena merasa dialah 'nona' yang dimaksud namja dibelakangnya.
Matanya membulat ketika ditatapnya setangkai chrysant kering miliknya berada di tangan Jongshu.

"ah ..Ne..itu punyaku. khamsahamnida", yeoja itu mendekati Jongshu dan mengambil bunganya.

"jineun Park Jongshu imnida", Jongshu memperkenalkan diri sebelum yeoja didepannya berniat membalikkan badannya .

"jineun Shin Min Rae imnida", Min Rae membungkukkan badannya dan tersenyum

senyum itu, mata bulat itu. Jongshu tercekat memandang yeoja dihadapannya.

" Jongshu-ssi . wae? kenapa memandangku seperti itu?" tanya Min Rae tanpa melepaskan senyum diwajahnya, walaupun alis kirinya sedikit terangkat.

" Ah..a..ani. aku hanya merasa familiar denganmu. mian Min Rae-ssi" , Jongshu tergagap. lalu ia membungkukkan badan pada Min Rae dan bergegas menuju kelasnya

Shin Min Rae. apakah ini hanya kebetulan atau bagaimana, kenapa marga dan nama belakang mereka sama, batin Jongshu.

Min Rae memandangi punggung Jongshu yang menjauh. Park Jongshu, kenapa rasanya aku familiar dengan namanya, batin Min Rae
----
Jongshu mendongak menatap langit, memejamkan matanya dan mulai mengulas memorinya bersama Bin Rae. Hal yang selalu dilakukannya setiap sore selama 15 tahun ini, di sebuah bangku taman yang memiliki kenangan indah untuknya.

Jongshu mengernyit, lalu perlahan membuka matanya ketika dia merasakan seperti ada sesuatu yang menghalangi sinar matahari.

"Jongshu-ssi apakah aku mengganggu?" Min Rae lah yang menghalangi sinar matahari, karena dia berdiri tepat di hadapan Jongshu.

" Ani..duduklah", Jongshu menepuk bagian kosong bangku yang didudukinya.

" gomawo Jongshu-ssi. apa yang sedang kau lakukan disini?"
" hanya sedang berfikir", Jongshu menoleh sekilas. Jongshu tercekat. alis kiri yeoja itu naik jika dia sedang penasaran, batin Jongshu.
"memikirkan apa?" seolah tidak melihat perubahan pada ekspresi Jongshu, Min Rae melanjutkan pertanyaannya.
" sesuatu yang penting", jawab Jongshu tanpa mengalihkan pandangan dari Min Rae. aku mengenalnya,sepertinya aku mengenalnya, tapi dimana? kapan? , ucapnya dalam hati seolah mencari kepastian
"seseorang?", tanya Min Rae semakin menaikkan alisnya dan tersenyum.
" Ne", Jongshu tersenyum tipis.
" ah. pasti orang yang sangat berarti untukmu kan?"
" Ne"
" Jongshu-ssi apakah kita pernah bertemu?", Min Rae memasang wajah serius.
" kenapa sepertinya aku mengenalmu?", lanjutnya tanpa mengubah ekspresi.

ya . apakah kita pernah bertemu Shin Min Rae? kenapa aku pun sepertinya mengenalmu, Jongshu bertanya dalam hati

" sepertinya tidak Min Rae-ssi. tapi aku merasa kau mirip seseorang yang ku kenal", Jongshu menatap Min Rae lekat.
" nugu?"
" teman kecilku dulu. namanya pun mirip dengan mu. hanya nama tengah kalian yang berbeda", jelas Jongshu
" siapa namanya?" Min Rae sangat penasaran karena setaunya hanya ada satu orang yang namanya mirip dengannya.
" Shin Bin Rae ", jawab Jongshu
" nugu?" , Min Rae terbelalak
" Shin Bin Rae. dia adalah tetanggaku dulu", Jongshu menekan perasaan kehilangan yang tiba-tiba memenuhi hatinya lagi.
" eonni", Min Rae memekik pelan
" eonni?" , Jongshu bingung dengan perubahan sikap yeoja di sebelahnya. kenapa Min Rae terlihat sangat terkejut?
" Shin Bin Rae..dia..dia.. eonniku", ucap Min Rae lirih

Park Jongshu terbelalak. apakah ada yang salah dengan telinganya? tidak..dia mendengar dengan jelas apa yang dikatakan yeoja di sampingnya itu.
eonni? jadi maksudnya Min Rae adalah dongsaengnya Bin Rae?Jongshu memijit dahinya yang mulai berdenyut.

" apa maksudmu dengan eonni? apa kau dongsaeng Shin Bin Rae? Shin Bin Rae yang seorang penyanyi?" Jongshu mengguncang pelan tubuh Min Rae.

yeoja di sampingnya itu membeku.
lalu tiba-tiba tersentak dan memandangi Jongshu lekat

" apakah kau..apakah kau adalah Jongie oppa yang sering diceritakan eonniku?", susah payah Min Rae mengeluarkan pertanyaan itu dari mulutnya. matanya semakin menyipit menatap Jongshu. terkejut. ia sangat terkejut !

" Jongie oppa. Bin Rae selalu memanggilku dengan nama itu. lalu....." ucapan Jongshu terhenti ketika tiba-tiba dia mendengar Min Rae terisak.
" Min Rae-ya" , ada apa. kenapa dia menangis.apa dia benar benar dongsaeng Bin Rae?, Jongshu memandangi yeoja yang sedang terisak itu nanar.
tangannya meraih bahu Min Rae dan merengkuh yeoja itu ke dalam pelukannya. entah kenapa Jongshu merasa semuanya tepat seperti seharusnya.


-tobecontinue-

Read more...

should i confess? ~1? ~1

>> Selasa, 02 Agustus 2011

" Oppa...Oppa..", teriak yeoja kecil itu sambil berlari ke arah seorang namja yang sedang duduk di bangku halaman rumahnya, tangan namja itu memegang setangkai bunga chrysant.

Duagh. Sebongkah batu menghentikan lari yeoja kecil itu dan membuat tubuh mungilnya tersungkur.

" Ya! Bin Rae-ya. Hati-hati. Kenapa kau berlari seperti itu !", namja yang dipanggil oppa tadi berlari ke arah dimana yeoja kecil itu tersungkur.

" Bin Rae-ya, gwenchanha.. " tanya nya sembari membantu yeoja kecil itu untuk duduk.

" Ne..gwenchanha, Oppa. tapi lututku sakit sekali" , ujar si yeoja kecil meringis menahan sakit seraya memandangi kedua lututnya yang lecet dan berdarah.

" kemarilah, naik ke punggungku" , ucap namja itu lembut lalu ia membalikkan badannya membelakangi Bin Rae dan langsung berdiri ketika dirasakannya Bin Rae sudah naik ke punggungnya.

" ada apa Bin Rae-ya, kenapa kau sampai lari-lari seperti itu mencariku?" ,tanya namja itu memulai pembicaraan, langkahnya perlahan menuju ke dalam rumah.

" ini..aku mau memberi tahu oppa kalau aku memenangkan lomba menyanyi lagi hari ini, dan medali ini kuberikan untuk oppa" , ujar Bin Rae ceria dan dalam hitungan detik dia mengalungkan sebuah medali di leher namja itu.

" Chukkae Bin Rae-ya, suaramu memang sangat bagus. tapi kenapa kau berikan medalimu padaku?", tanya nya sedikit menelengkan mukanya ke wajah yeoja kecil yang sedang bersandar di pundak kanannya.

" itu untuk oppa. karena selama ini oppa yang selalu mendukung dan menyemangatiku. aku ingin oppa menyimpan medali itu sebagai tanda persahabatan kita dan berjanjilah oppa tidak pernah melupakan aku" , tukas Bin Rae ringan.

" Ne.. Bin Rae-ya. oppa tidak akan pernah melupakanmu" , janji namja itu. Seulas senyum manis tersungging di wajahnya.
-----
Park Jongshu menghela nafas. Namja itu mendongak dan memejamkan matanya, di tangannya tergenggam setangkai bunga chrysant.

kenangan itu, kenangan masa kecilnya bersama Shin Bin Rae, yeoja kecil yang menjadi tetangga sekaligus sahabatnya. Dulu. 15 tahun yang lalu.
Shin Bin Rae yang pandai menyanyi, Shin Bin Rae yang selalu ceria, Shin Bin Rae yang senyumnya sangat manis. dan Shin Bin Rae yang menjadi cinta pertamanya.

Park Jongshu menghela nafas lagi, genggamannya pada setangkai bunga chrysant semakin menguat.
" Bin Rae-ya..sebenarnya kau dimana?", gumamnya lirih
" aku sangat merindukanmu. bukankah kau yang membuatku berjanji untuk tidak melupakanmu? kenapa sekarang kau yang melupakanku Bin Rae-ya", lanjutnya dalam hati.
----
Hari itu, hari dimana Park Jongshu menggendong Shin Bin Rae setelah dia terjatuh, adalah hari terakhir mereka bertemu. Setelah mengobati luka di lutut Bin Rae, Jongshu mengantarnya pulang. Rumah mereka hanya berjarak pagar kayu setinggi 3 meter. Ya, rumah mereka memang tepat bersebelahan.
Jongshu mengantar Bin Rae sampai ke dalam rumahnya. Dia memang sudah terbiasa keluar masuk rumah Bin Rae, dan orangtua Bin Rae pun tidak mempermasalahkan hal itu. Mereka sudah menganggap Jongshu seperti anak mereka sendiri.
" annyeong ahjumma", Jongshu tersenyum ramah kepada ibu Bin Rae yang sedang menonton TV.
" annyeong Jongshu-ya", jawab ibu Bin Rae membalas sapaan dan senyum Jongshu. tetapi sedetik kemudian senyumnya lenyap ketika dilihatnya kedua lutut Bin Rae yang diperban.
" Ommoo! apa yang terjadi Raenny-ya? ada apa dengan lututmu?" tanyanya panik dan bergegas menghampiri Bin Rae.

" tadi Bin Rae terjatuh ahjumma.tapi tidak usah khawatir, aku sudah mengobatinya" , Jongshu tersenyum melihat tingkah ibu Bin Rae.

" khamsahamnida Jongshu-ya" , ibu Bin Rae mengucapkan terimakasih dan menuntun Bin Rae ke sofa di dekat mereka.

"Ne, ahjumma. kalau begitu saya permisi dulu. Bin Rae-ya, oppa pulang dulu"
Jongshu berjalan pulang, akan tetapi setelah beberapa langkah, seakan teringat sesuatu, Jongshu membalikkan badannya dan berjalan menghampiri Bin Rae.
" Bin Rae-ya.. ini untukmu. anggap saja sebagai hadiah pembuka untuk kemenanganmu", Jongshu mengulurkan bunga Chrysant yang digenggamnya sejak tadi.

" gomawo, oppa" , Bin Rae menerimanya sambil memamerkan senyumnya yang paling manis.
----
Perlahan Park Jongshu membuka matanya, menghela nafas pendek lalu beranjak dari bangku yang sejak siang tadi didudukinya.
"aku merindukanmu Bin Rae-ya.. sangat merindukanmu", gumamnya lirih

Read more...

  © Blogger template Werd by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP